aku selalu merasa sendiri,,,
aku selalu merasa sial,,,
aku lupa bahwa Allah mengirimkan sejuta orang-orang yang menyayangiku,,
teman-temanku,,,
sahabat-Sahabatqu,,,
ya,,,
aku benar-benar ingat,,,
masih banyak yang peduli terhadapku,,,
orang-orang yang selalu menghiasi hidupku,,,
qu ingin berujar "thanks",,,
kepadamu,,,,
yaitu orang-orang yang dipilih Tuhan untuk selalu menghiasi setiap langkahqu,,,,
Rabu, 01 Juni 2011
Landscape ecology,,,
Ø Konfigurasi
Pengaturan khusus dari unsur mengenai ruang, sering digunakan sinonim dengan struktur ruang atau struktur atau susunan ruang.
Ø Konektivitas
Kontinuitas atau keberlanjutan tata ruang habitat atau tipe tutupan di sebuah pemandangan.
Ø Koridor
Strip/penghubung yang relatif sempit dari jenis tertentu yang berbeda dari daerah berdekatan di kedua sisi yang menghubungkan satu sisi dengan sisi lainnya.
Ø Fragmentasi
Jaringan fisik yang lebih kecil yang menyebabkan terganggunya kontinuitas waktu pengaturan ruang atau fungsional.
Ø Landscape
Merupakan suatu daerah yang mempunyai struktur ruang heterogen dimana di dalamnya terdiri dari minimal satu faktor penting.
Ø Heterogenitas
Merupakan kualitas atau keadaan yang terdiri dari unsur berbeda, seperti habitat campuran atau jenis penutup yang terjadi pada bentang alam, berlawanan dari homogenitas dimana elemennya adalah sama.
Ø Skala
Merupakan dimensi dari susunan/struktur ruang dari suatu obyek yang dicirikan dengan proses keduanya dan adanya luas. Dengan skala kita dapat mengetahui jarak dari suatu tempat. Dapat juga dikatakan bahwa skala adalah perbandingan luas pada gambar dengan luas yang sebenarnya.
1. Isu lingkungan bersekala luas dalam masalah manajemen lahan
Permintaan untuk dasar-dasar ilmiah mengelola daerah yang luas dan menggabungkan konsekuensi dari heterogenitas susunan ruang ke dalam keputusan manajemen lahan telah berkembang sejak 1970-an dan sekarang sangat besar. Paradigma pengelolaan ekosistem, misalnya, disertai dengan fokus implisit pada lanskap (Agee and Johnson, 1988; Slocombe, 1993; Christensen et al., 1996). Penerapan masalah dan kebutuhan sumber daya manajemen telah jelas membantu mempercepat pengembangan dan munculnya ekologi lansekap. Sebagai contoh, pertanyaan tentang bagaimana mengelola populasi tanaman asli dan hewan di daerah yang luas seperti perubahan tata guna lahan atau iklim, bagaimana memediasi efek fragmentasi habitat, dan bagaimana untuk mengurangi efek buruk dari polusi nonpoint sumber di ekosistem perairan semua solusi permintaan pemahaman dasar dan manajemen pada skala lansekap. Masalah ini memerlukan pendekatan eksplisit, pendekatan susunan ruang skala luas, namun banyak dari ekologi yang terfokus pada studi mekanistik di daerah homogen relatif kecil selama periode waktu yang relatif singkat. Pemandangan ekologi menyediakan konsep dan metode yang melengkapi mereka yang telah secara tradisional digunakan dalam ekologi.
2. Pengembangan konsep skala terkait dengan ekologi
Pengembangan kerangka kerja konseptual berfokus pada skala (Allen dan Starr, 1982; Delcourt et al, 1983;. O'Neill et al, 1986; Allen dan Hoekstra, 1992) ekologi yang menuntut untuk berpikir keras tentang pola dan proses yang penting pada skala yang berbeda ruang dan waktu. Ini menjadi jelas bahwa tidak ada skala tunggal yang tepat untuk mempelajari semua masalah ekologi. Beberapa masalah yang diperlukan fokus pada organisme individu dan respon fisiologis terhadap perubahan lingkungan. Masalah lain yang diperlukan studi tentang bagaimana individu atau jumlah spesies berubah dengan persaingan untuk sumber daya terbatas. Masalah lain yang diperlukan masyarakat dan potensi untuk konfigurasi stabil populasi berinteraksi serta penataan masyarakat di ruang dan bagaimana berinteraksi dengan pola heterogen sumber daya pada lanskap.
Teori Skala menjelaskan bahwa pemahaman tentang dinamika tingkat lansekap harus diperoleh dari studi langsung dari lansekap. Proses skala yang lebih kecil dapat dianggap mekanisme yang menjelaskan dinamika lanskap. Pola skala yang lebih luas dapat dilihat sebagai kendala yang membatasi rentang potensial proses laju. Faktor kritis, dan tetap, mengidentifikasi skala yang tepat di mana untuk mengatasi masalah.
Dengan demikian, masalah lahan dan hirarki manajemen, atau teori skala didorong untuk mengatasi lanskap ekologi sebagai area studi yang berbeda. Pemandangan ekologi mengakui bahwa sistem ekologi yang tersusun dalam ruang dalam menanggapi topografi gradien, suhu, kelembaban, dan tanah. Tambahan pola dikenakan oleh gangguan, interaksi biotik, dan penggunaan tanah oleh manuusia. Penataan ruang pada prinsipnya mempengaruhi proses ekologi, seperti pola pergerakan organisme, penyebaran gangguan, dan gerakan materi atau energi.
3. Kemajuan teknologi informatika
Perkembangan teknologi telah juga memberikan kontribusi terhadap munculnya ekologi lansekap. Perkembangan ini termasuk kemajuan pesat dalam daya komputasi desktop, ketersediaan data penginderaan jauh seperti citra satelit, dan pengembangan paket perangkat lunak komputer yang kuat yang disebut sistem informasi geografis (SIG) untuk menyimpan, memanipulasi, dan menampilkan data spasial.teknik penelitian baru diperlukan dalam ekologi lanskap karena fokus pada pola spasial dan dinamika dan pada daerah besar yang tidak bisa secara menyeluruh sampel atau mudah dimanipulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Monica. G., Turner, Robert. H., Gardner Robert. V., O’Neill. 2001. Landscape Ecology in Theory and Practice. Springer-Verlag New York, Inc.
Kedelai aja lah... :)
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). Kedelai dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah panen padi. Pengerjaan tanah biasanya minimal. Biji dimasukkan langsung pada lubang-lubang yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen dan fosfat diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan keuntungan apa pun. Lahan yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter" bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman remaja (fase vegetatif awal), sekaligus sebagai pembersihan dari gulma dan tahap pemupukan fosfat kedua. Menjelang berbunga pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani yang mengabaikan untuk menghemat biaya.
Teknik budidaya kedelai yang dialukakan sebagian besar petani umumnya masih sangat sederhana, baik dalam hal pengolahan tanah, pemupukan dan pemberantasan hama/penyakitnya, sehingga produksinya masih relatif rendah. Sebagian besar petani tidak melakukan pengolahan tanah (TOT = tanpa olah tanah), terutama tanah bekas padi atau tebu. Tanah hanya dibersihkan dari je-rami padi dan daun tebu, yang selanjutnya bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih dahulu untuk lubang untuk penanaman biji kedelai. Selain itu kualitas bibitnya kurang baik, sehingga produksinya relatif rendah.
Dengan memahami betapa besarnya kebutuhan kedelai untuk pasokan industri yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia tersebut di satu sisi, sedangkan disisi lain impor cenderung meningkat, maka dalam kondisi perekonomian seperti saat-saat ini, berbagai upaya yang dapat mengarah kepada memproduksikan kedelai dalam negeri secara optimal agar negara dapat memperkecil kedelai impor, merupakan momentum yang tepat untuk menggerakan masyarakat apakah dari kalangan perbankan, perusahaan besar selaku mitra, kalangan petani, instansi terkait, dan instansi lainnya, untuk menyatu dalam suatu pelaksanaan proyek dalam rangka meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.
Bibit kedelai yang baik adalah berukuran besar, tidak cacat, berwarna seragam (putih, kekuning-kuningan). Jumlah bibit antara 40 – 50 kg per ha untuk tanaman monokultur, sedangkan untuk tanaman tumpangsari dengan jagung, yaitu 30 kg biji kedelai dan jagung 20 kg per ha (Supriyadi,2006).
Syarat pertumbuhan kedelai antara lain, Jumlah curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan kedelai yang optimal curah hujan 100-400 mm/bulan, Kedelai membutuhkan kelembaban udara kelembaban 60% - 70% agar keseimbangan metabolisme tanaman dapat berlangsung dengan optimal, kisaran tenmperatur untuk syarat pertumbuhan tanaman kedelai adalah antara suhu udara 23’C – 30’C, Pada dasarnya tanaman kedelai memerlukan intensitas penyinaran yang tinggi. Semakin tinggi intensitas penyinaran, akan semakin tinggi proses fotosintesa, sehingga akan dapat meningkatkan produksi (Fatmawati, 2001).$3C/o:p>
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik. Kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang agak asam dan kurang subur. Kedelai yang ditanam pada tanah yang mengandung kapur dan tanah bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya. Kedelai dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah dengan syarat tanah tersebut memiliki drainase dan aerasi yang bagus (Murwati, 2000).
Menurut Supriyadi (2006) Membuat lubang tanam dengan kedalaman antara 1,5-2 cm. Tiap lubang tanam diisi 3-4 biji dan diupayakan 2 biji yang tumbuh. Jarak tanam yang digunakan berukuran 15-20 cm. Arah tanam harus sejajar dengan arah saluran irigasi untuk menghindari tergenangnya air dalam petakan. Untuk mengendalikan gulma, ditutup dengan menggunakan jerami padi. Selain itu dapat mempertahankan kelembaban tanah, juga dapat menekan serangan lalat bibit. Untuk lahan kering dapat disemprot dengan herbisida. Hal yang perlu dilakukan adalah memperhatikan jenis pupuk, takaran atau dosis, dan waktu aplikasi. Penambahan pupuk akan lebih baik bila didasarkan pada hasil analisis kondisi kesuburan tanah yang akan ditanami.Dalam hal pemupukan, sebagian besar petani belum melakukannya secara intensif atau semi intensif. Tidak menggunakan pupuk sama sekali atau minim sekali jumlahnya. Demikian juga dalam hal pemberantasan hama penyakit dapat dikatakan kurang sekali, sehingga banyak kerugian atau rendahnya produksi akibat serangan hama penxakit (Supriyadi, 2006).
Panen kedelai dilakukan bila sebagian daunnya sudah kering. Caranya adalah dengan mencabut batang tanaman, termasuk daunnya. Selanjutnya dijemur dan setelah kering, batang berbuah tersebut dihamparkan diatas tikar bambu. Kemudian dipukul-pukul agar bijinya jatuh ketikar. Selanjutnya biji kedelai dimasukkan dalam karung. Produksi kedelai yang diusahakan secara monokultur secara intensif, sebenarnya dapat mencapai 2,00 – 2,50 ton per Ha. Akan tetapi karena pertimbangan teknis dalam MK PKT ini angka produksi yang digunakan untuk analisis adalah sebesar 1,5 ton.Sedangkan produksi secara tradisional maksimum hanya 1,00 – 1,50 ton per ha. Produksi kedelai yang diusahakan secara tumpangsari dengan jagung secara intensif dapat mencapai 1,5 – 1,75 ton kedelai per Ha dan 2 – 2,5 ton jagung per Ha. Dengan cara intensifikasi ini selain produksinya meningkat, juga kualitasnya (ukuran biji, keutuhan) meningkat pula, sehingga harganya juga akan meningkat. Dengan demikian pendapatan petani atau laba usaha akan meningkat dengan adanaya kenaikan produksi dan harga (Soepardi,1982).
Tipe pertumbuhan kedelai dibedakan 3 macam, yaitu: tipe determinate, tipe semi determinate, Tipe indeterminate.Tipe determinate memiliki ciri antara lain ujung batang tanaman hampir sama besarnya ,Pembungaan serentak ,tinggi tanaman termasuk kategori pendek sampai sedang , daun paling atas ukurannya sama besar dengan daun bagian tengah. Tipe indeterminate mempunyai ciri antara lain ujung tanaman lebih kecil dari ujung tengah , ruas batangnya panjang panjang, dan agak melilit, pembungaan berangsur-angsur dimulai dari bawah , pertumbuhan vegetatif terus menerus berlangsung, tinggi batang termasuk kategori sedang sampai tinggi, ukuran daun paling atas lebih kecil dibandingkan dengan daun bagian tengah Tipe semi-determinate mumpanyai ciri antara dua tipe diatas (Yusnida, 2004).
Pedoman teknis yang perlu diperhatikan untuk penanaman tanaman kedelai adalah kondisi tanah, Iklim, Penanaman, Pengairan, Pemupukan, Penyulaman Benih, Penyiangan, Pengendalian hama. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedele dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan pengapuran (Sri Adiningsih, 1998). Kedelai dapat tumbuh subur pada : curah hujan optimal 100-200 mm/bulan. Temperatur 25-27 derajat Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10 jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m air. Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedele. Pada persiapan lahan Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap 4 m dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 25 cm. Kedele sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang. Tanah bekas pertanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah = TOT). Jika digunakan lahan tegal lakukan pengolahan tanah secara intensif yakni dengan 2 kali dibajak dan sekali diratakan. Buat saluran dengan kedalaman 25–30 cm dan lebar 30 cm setiap 3–4 m, yang berfungsi untuk mengurangi kelebihan air sekaligus sebagai saluran irigasi pada saat tidak ada hujan. Setelah penanaman padi dapat dilakukan penanaman kedele Perlakuan benih Untuk mencegah serangan hama lalat bibit, sebelum ditanam benih dicampur Marshall dengan dosis 100 gram/5 kg benih. Benih dibasahi secukupnya lalu dibubuhi Marshall dan diaduk rata (Setyorini, 1990)
Penanaman Dianjurkan Menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dengan cara ditugal, jarak tanam 40 x 10 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang tanaman diisi 2 butirbenih lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis. Pada teknik Pengairannya, fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah awal pertumbuhan vegetatif (15–21 HS T), saat berbunga (25–35 HST) dan saatpengisian polong (55–70 HST). Dengan demikian pada fase-fase tersebut tanaman harus di airi apabila hujan sudah tidak turun lagi (Price, 1978).
Langganan:
Postingan (Atom)